Universitas Gunadarma

Universitas Gunadarma

Kamis, 19 November 2015

Wacana Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah


Wacana Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah, dan Non Ilmiah


1. Wacana ilmiah

     Tulisan yang berisi argumentasi penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis.
pemanfataan wacana ini dapat membantu pembacanya menerima informasi dengan suguhan yang telah disediakan secara formal.

Contoh wacana ilmiah
   
    Terdapat buku ejaan yang disempurnakan. berisi tentang pengejaan kata dan kalimat yang digunakan dalam berbahasa Indonsia, membahas bahasa yang kita gunakan sehari-hari, buku ini pun harus dilengkapi keterangan dan detail-detail yang jelas, dalam menjelaskan tiap maksud dari yang tertulis didalamnya.

2. Wacana Semi Ilmiah
     
    Pengertian wacana semi ilmiah merupakan karangan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan. Penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah. Penulisan yang baik dan benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi Jenis karangan semi ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam opini, editorial, resensi, anekdot, hikayat, dan karakteristiknya berada diantara ilmiah

Contoh Wacana Semi Ilmiah:
     Indeks Kelaparan Dunia (GHI) tahun 2008 menunjukkan bahwa kelaparan masih merupakan perhatian serius di dunia dan terjadi perkembangan lambat dalam mengurangi keamanan pangan. Negara yang memiliki nilai GHI tertinggi kebanyakan berada di wilayah Sub-Saharan Africa dan Asia Selatan. Negara di daftar paling bawah meliputi Republik Demokrasi Kongo, Eritrea, Burundi, Republik Niger, dan Sierra Leone. Hal ini merupakan beberapa penemuan yang tertuang dalam “The Challenge of Hunger 2008: Global Hunger Index” yang dipublikasikan oleh Welthungerhilfe, International Food Policy Research Institute (IFPRI), dan Concern Worldwide. Klaus von Grebmer dan rekannya menyimpulkan bahwa pemecahan krisis pangan tersebut akan memerlukan beberapa inisiatif seperti bantuan pangan lebih bagi masyarakat miskin.

     Investasi lebih besar dalam bidang pertanian, dan batasan untuk menenangkan pasar pangan global.

3. Wacana Non Ilmiah

TATARAN NONILMIAH
Pengertian, Ciri, dan Bentuk Karangan Nonilmiah
     Karangan nonilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri karangan nonilmiah :

a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.

Contoh Karangan Nonilmiah
  
   Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman . Contoh wacana non-ilmiah dalam sebuah cerpen adalah sebagai berikut :
                                             
  Pemotong Kayu Yang Jujur

     Tersebutlah kisah nan jauh di pedalaman, tinggalnya seorang pemotong kayu yang tua dan miskin. Adapun kemampuannya hanyalah mencari rezeki dengan menebang pokok yang sederhana besarnya untuk dijual sebagai kayu api. Hanya isterinyalah peneman hidup saban hari tanpa dikurniakan anak.

     Dijadikan cerita, takdirnya pada suatu pagi..

     Pergilah si tua tersebut jauh ke hutan untuk menebang pokok untuk dibuat kayu api. Tidak seperti kebiasaannya, kali ini si isteri tidak dapat menemani si suami kerana sakit.

     Maka ke hutanlah si tua seorangan awal pagi sebelum terbit mentari untuk mencari kayu api. Seharianlah si tua menebang pokok dengan kapak besinya yang telah uzur seuzur usianya. Sehinggalah kepenatan tidak jua dia berhenti.

     Tiba-tiba genggamannya semakin lemah lalu terlepas kapak kesayangan dari tangannya lalu tercebur kedalam sungai yg dalam. Menangis sayulah si tua kerana kehilangan kapak yang menjadi punca rezeki hendak terjun mencari takut disambar arus. Meratap lah ia mengenangkan nasib.

     Maka bersimpatilah pari-pari dilangit melihat kegundahan si tua tersebut. Lalu turunlah ia bertanya. "Wahai orang tua, kenapa bersedih hati".

     Dengan nada perasaan takut dan terkejut diperamati benar-benar, maka tahulah dia si pari-pari telah turun kebumi menyapakan. Lalu diceritakan apa yang berlaku.

     "Baiklah akan kubantu mencari kapak engkau yang tenggelam" lalu dengan serta merta terjunlah si pari-pari ke dalam sungai. Selang beberapa minit timbul lah kembali si paripari sambil mebawa kapak emas lalu dihulur kepada situa. Dengan sedih jawab situa "bukan ini bukan kepunyaan hamba tidak mampu hamba memiliki kapak emas ini".

     Lalu terjunlah sekali lagi si pari-pari ke dalam sungai dan timbul kembali bersama kapak perak. Tidak jua mengaku si tua kerana itu bukan kapak miliknya. Sekali lagi si pari-pari terjun lalu membawa pula kapak gangsa. Tidak juga si tua itu menerimanya sehinggalah si pari-pari membawakannya kapak besi yang uzur.

     Maka apabila terpandang akan kapak itu. Giranglah hatinya kerana itulah kapak miliknya. Lalu si pari-pari menyerahkan kapak tersebut kepada si tua. Sebagai balasan kejujuranya kapak emas, perak dan gangsa turut dihadiahkan.

     Pulanglah si tua dengan hati yang gembira. Sesampainya ke rumah lalu diceritakan kepada isterinya apa yang berlaku. Si isteri turut bergembira dengan kejujuran suaminya.

     Keesokan harinya isteri si tua itupun sihat.

SUMBER :
 http://rachman-mzr.blogspot.com/2012/10/wacanayang-membedakan-pemanfaatan.html

https://hbelric.wordpress.com/2013/11/08/wacana-membedakan-pemanfaatan-bahasa-indonesia-pada-tataran-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/