Matahari tampak akan tenggelam,
angin pun bertiup sepoi-sepoi di sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai
memenuhi mihrab Maryam. Bau itu menembus jendela mihrab dan mengepakkan
sayapnya di sekeliling gadis perawan yang khusuk dalam salat tanpa seorang pun
mendengar suaranya. Maryam merasa bahwa udara dipenuhi dengan bau harum yang
mengagumkan. Ia kembali melakukan salatnya dengan khusuk dan mengungkapkan
syukur kepadaAllahSWT.
Seekor burung hinggap di jendela
mihrab. Ia mengangkat paruhnya ke atas dan mengarahkan ke matahari serta
mengepakkan kedua sayapnya lalu ia terjun ke air dan mandi di dalamnya.
Kemudian ia terbang ringan di sekitamya. Maryam ingat bahwa beliau lupa untuk
menyirami pohon mawar yang tumbuh secara tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh
di luar mesjid. Maryam menyelesaikan salatnya lalu ia keluar dari mihrab dan
menuju pohon. Belum selesai beliau siap-siap untuk keluar sehingga para
malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya
Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala
wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak
wajahnya yang pucat dan semakin bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan
kalimat-kalimat para malaikat yang memancarkan cahaya. Maryam merasa bahwa pada
hari-hari terakhir terdapat perubahan pada suasana ruhaninya dan fisiknya. Di
tempat itu tidak terdapat cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu.
Tetapi ia merasa bahwa darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan
tempatnya dan digantikan dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau
menyadari bahwa ia sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan
adanya kekuatan yang luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka
bertambahlah kekuatan dalam ruhnya. Perasaan yang demikian ini justru
membangkitkan kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahwa ia akan memikul
tanggung jawab besar.
"Dan (ingatlah) ketika
malaikat (Jibril) berkata: 'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang
sederhana ini Maryam memahami bahwa Allah SWT telah memilihnya dan
menyucikannya dan menjadikannya penghulu para wanita dunia. Beliau adalah wanita
terbesar di dunia. Para malaikat kembali berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada
Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orangyang ruku." (QS. Ali
'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan
setelah adanya berita gembira agar beliau meningkatkan kekhusukannya, sujudnya,
dan rukuknya kepada Allah SWT. Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau
kembali salat. Maryam merasakan bahwa sesuatu yang besar akan akan terjadi
padanya. Beliau merasakan hal itu sejak beberapa hari, tetapi perasaan itu
semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat
tidurnya sementara malam telah bangkit sedangkan bulan duduk di atas
singgasananya di langit dan di sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan
putih. Kemudian datanglah pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam
salatnya. Beliau menyelesaikan salatnya dan teringat pohon mawar itu lalu
beliau membawa air di suatu bejana dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara
dua batu di tempat yang tidak jauh dari mesjid yang hanya ditempuh beberapa
langkah darinya. Tempat itu jauh dari jangkauan manusia sehingga tak seorang
pun mendekatinya. Tempat itu sudah dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam
untuk melakukan salat di dalamnya atau beribadah. Maryam mendekati pohon mawar
itu dan menyiramnya. lalu beliau meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan
pohon mawar itu di mana tangkainya semakin panjang pada dua malam yang
dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara
derap kaki yang mengguncang bumi. Beliau tidak mendengar suara kaki yang
berjalan, tetapi beliau mendengar suara kaki yang menetap di atas batu serta
pasir. Maryam merasakan ketakutan. Ia merasakan bahwa ia tidak sendirian. Ia
menoleh ke sebelahnya namun ia tidak mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua
matanya mulai berputar-putar dan memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di
sana. Maryam gemetar ketakutan dan menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam
dirinya, siapa gerangan orang yang berdiri di sana. Maryam memandang kepada
wajah orang asing itu, dan menyebabkan ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh,
di mana dahinya bercahaya lebih daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya
memancarkan kemuliaan dan kebesaran tetapi wajah orang itu justru menggambarkan
kerendahan hati yang mengagumkan.
Pandangan pertama yang dilihat oleh
Maryam kepada orang itu mengisyaratkan, bahwa orang itu memiliki kemuliaan yang
diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama julaan tahun. Maryam bertanya
kepada dirinya, siapa gerangan orang ini? Kemudian seakan-akan orang asing itu
membaca pikiran Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam."
Maryam dibuat terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya. Maryam
berkata sebelum menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung
daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa."
(QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah
lindungan Allah SWT dan ia bertanya kepadanya, "Apakah engkau manusia yang
mengenal Allah SWT dan bertakwa kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum
dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini
hanyalah seorang utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang
suci." (QS. Maryam: 19)
Orang asing itu belum selesai
menyampaikan kalimatnya sehingga tempat itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan
yang tidak menyerupai cahaya matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin
bahkan cahaya api. Di sana terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian
terngianglah di kepala Maryam kalimat: "Aku adalah seorang utusan
Tuhanmu." Kalau begitu, dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin
(Jibril) yang telah berubah wujud menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya
dengan gemetar menahan luapan cinta. Jibril berdiri di depannya dalam bentuk
manusia. Maryam memperhatikan kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar
apa yang diduganya bahwa Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang
menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali
kalimat-kalimat yang diucapkan Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahwa ia
adalah utusan Tuhannya, dan ia telah datang untuk memberi Maryam seorang anak
laki-laki yang suci. Maryam ingat bahwa dirinya adalah seorang perawan yang
belum tersentuh oleh seorang pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh
seseorang pun, maka bagaimana ia melahirkan anak tanpa melalui pernikahan.
Pikiran-pikiran ini berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada
Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana
akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorangpezina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu
berfirman: 'Hal itu adalah mudah bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya
suatu tanda bagi manusia sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu
perkara yang sudah diputushan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat
Jibril. Tidakkah Jibril berkata kepadanya bahwa ini adalah perintah Allah SWT
dan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian,
mengapa ia harus (ketika) melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun.
Bukankah Allah SWT mendptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu?
Sebelum diciptakannya Nabi Adam tidak ada pria dan wanita. Hawa diciptakan dari
Nabi Adam dan ia pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui
pasangan laki-laki dan perempuan; biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi
mukjizat terjadi ketika Allah SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian
Jibril meneruskan pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah
menggembirakan kamu (dengan kelahiran searangputra yang didptakan) dengan
kalimat (yang datang) dari-Nya, namanya al-Masih Isa putra Maryam, seorang yang
terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan
(kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah
dewasa, dan dia termasuk di antara orang-orang yang saleh." (QS. Ali
'Imran: 45-46)
Keheranan Maryam semakian
bertambah. Betapa tidak, sebelum mengandung anak itu di perutnya ia
telahmengetahui namanya. Bahkan ia menhetahui bahwa anaknya itu akan berbicara
dengan manusia saat ia masih kecil. Sebelum Maryam menggerakan lisannya untuk
melontarkan pertanyaan lain, Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara
ke arah Maryam. Kemudian datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum
pernah dilihat sebelumnya oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan
memenuhinya. Tak sempat Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang
suci telah pergi tanpa meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak
dan Maryam pun tampak menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup
pintu mihrab dan ia tenggelam dalam salat yang khusuk dan ia pun menangis.
Maryam merasakan kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang
dalam. Kini, Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia
merasakan bahwa ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang
dipenuhi dengan cahaya, kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi
anak, seorang anak yang akan menjadi kalimat Allah SWT dan ruh-Nya yang
diletakkan pada Maryam. Ketika anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul
dan nabi yang ajarannya dipenuhi dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan
nyenyak dan ia bangun di waktu Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya
sehingga ia dibuat terkejut ketika melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan
yang sebenarnya tidak lagi musim. Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai
mengingat apa yang telah terjadi padanya kemarin, yaitu bagaimana kejadian saat
menyiram pohon mawar, bagaimana pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana
Allah SWT meniupkan kalimat-Nya padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan
bagaimana tidurnya yang nyenyak. Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat
buah-buahan yang banyak: Apakah aku akan memakan sendirian buah-buahan ini.
Kemudian ada suara dalam dirinya yang berkata: "Engkau tidak lagi
sendirian wahai Maryam. Kini, engkau bersama Isa. Engkau harus makan dengan
baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari.
Kandungan Maryam berbeda dengan kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan
sakit dan tidak merasa berat; ia tidak merasakan sesuatu telah bertambah
padanya dan perutnya tidak membuncit seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan
yang dialaminya dipenuhi dengan nikmat yang baik. Datanglah bulan yang kesembilan.
Ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa Maryam tidak mengandung Isa selama
sembilan bulan, tetapi ia melahirkannya secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke
suatu tempat yang jauh. Ia merasa bahwa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi
ia tidak mengetahui hakikat sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju
tempat yang dipenuhi dengan pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh
seseorang pun karena saking jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh seseorang
pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui
Maryam bahwa sedang hamil dan ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat
ibadahnya selalu tertutup. Orang-orang mengetahui bahwa Maryam sedang sibuk
beribadah dan tidak ada seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat
di bawah pohon kurma yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada
dirinya, dan rasa sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan
melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata:
'Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang
tidak berarti, lagi dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak
yang dialami wanita suci ini menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang
segera menantinya. Bagaimana manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang
mereka katakan tentangnya? Bukankah mereka mengetahui bahwa ia adalah wanita
yang masih perawan? Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah
manusia akan membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang
pun yang menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai
menyelimutinya. Maryam berpikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan
bagaimana perkataan mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan
kesedihan. Belum lama Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan
dilupakan, tiba-tiba anak yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu ahan mengugurkan
buah kurma yang masak kepadamu makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika
kamu rnelihat seorang manusia, maka katakantah: 'Sesungguhnya aku telah
bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara
dengan seorang manusia pun pada hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang
tampan wajahnya. Wajahnya tidak kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting
seperti anak-anak yang lahir di saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih.
Anak itu diselimuti dengan kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada
Maryam agar ia menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar
menggoyangkan batang-batang pohon kurma supaya jatuh darinya sebagian buahnya
yang lezat dan Maryam dapat memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun
penuh dengan kedamaian serta kegembiraan dan tidak berpikir tentang sesuatu
pun. Jika Maryam melihat atau menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada
mereka bahwa ia bernazar kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara
kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan
penuh kecintaan. Anak itu baru dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung
memikul tanggung jawab ibunya di atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul
penderitaan orang-orang fakir. Maryam melihat bahwa wajah anak itu menyiratkan
tanda yang sangat aneh. Yaitu tanda yang mengisyaratkan bahwa ia datang ke
dunia bukan untuk mengambil darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala
sesuatu. Maryam mengulurkan tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia
menyentuh batangnya hingga jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan
lezat. Maryam makan dan minum dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh
kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan
kegoncangan yang hebat. Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan
menghampirinya. Segala pikirannya tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia
bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana orang-orang Yahudi akan menyambutnya,
apa yang akan mereka katakan tentangnya, apa yang akan mereka katakan terhadap
Maryam, apakah para pendeta dan para pembesar Yahudi percaya bahwa Maryam
melahirkan seorang anak tanpa disentuh oleh seseorang pun? Bukankah mereka
terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan penipuan? Apakah seseorang di
antara mereka akan percaya—padahal ia jauh dari langit—bahwa langit telah
memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam
telah berakhir dan Maryam harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu
menunjukkan Ashar. Pasar besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam
menuju mesjid dipenuhi dengan manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka
duduk berbincang-bincang sambil minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar
itu sehingga manusia melihatnya membawa seorang anak kecil yang didekapnya.
Salah seorang bertanya: "Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu,
anak siapa yang dibawanya itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu
adalah anaknya." Mari kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya.
Akhirnya, orang-orang Yahudi mulai "mengepung" dengan berbagai macam
pertanyaan: "Anak siapa ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak
mengembalikannya, apakah itu memang anakmu, bagaimana engkau datang dengan
membawa seorang anak sedangkan engkau adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan
Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali
bukanlah seorang pezina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan
pelacuran. Mereka menyerang Maryam tanpa terlebih dahulu mendengarkan
sanggahannya atau mengadakan penelitian atau membuktikan bahwa perkataan mereka
memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan ia diingatkan, bahwa bukankah ia
seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik dan bukanlah ibunya seorang pelacur?
Lalu mengapa semua ini terjadi padanya? Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam
tampak tenang dan tetap menunjukkan kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan
cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin
sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah
anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk Isa.
Orang-orang yang ada di situ
tampak kebingungan. Mereka memahami bahwa Maryam berpuasa dari berbicara dan
meminta kepada mereka agar bertanya kepada anak itu. Para pembesar Yahudi
bertanya: "Bagaimana mereka akan melontarkan pertanyaan kepada seorang
anak kecil yang baru lahir beberapa hari? Apakah anak itu akan berbicara di
buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba
Allah, Dia memberiku al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan
Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku
hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang
sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadahu, pada hari
aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali. " (QS. Maryam: 30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan
pembicaraannya sehingga wajah-wajah para pendeta dari kalangan Yahudi dan para
uskup tampak pucat. Mereka menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara
langsung. Anak kecil itu berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa
seorang ayah; anak kecil yang mengatakan bahwa Allah SWT telah memberinya
al-Kitab dan menjadikannya seorang Nabi. Ini berarti bahwa kekuasaan mereka
sebentar lagi akan hancur. Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti
ketika anak kecil itu dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat
"menjual pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui
pemyataan bahwa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau
pernyataan, bahwa hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan
terjadi suatu tragedi kepribadian yang akan datang kepada mereka dengan
kelahiran anak kecil ini. Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia
kepada penyembahan semata-mata kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama
Yahudi yang sekarang mereka yakini. Perbedaan antara ajaran-ajaran Musa dan
tindakan-tindakan orang-orang Yahudi menyerupai perbedaan antara
bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur di jalan. Para pendeta Yahudi
menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana ia berbicara di masa buaian.
Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan dengan kebohongan yang besar.
Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran, padahal mereka menyaksikan sendiri
mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu
mereka sembunyikan untuk beberapa saat. Meskipun demikian, berita tentang
kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi, yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang
Palestina dan orang-orang Yahudi dengan kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti
mereka dengan menumpahkan darah serta banyaknya mata-mata yang dimilikinya.
Pada suatu hari, ia duduk di istananya dan meminum anggur. Lalu ia mendengar
berita yang samar tentang kelahiran seseorang anak tanpa ayah; seorang anak
yang dikatakan ia mampu berbicara saat masih di buaian, lalu ia menyampaikan
pembicaraan yang menjurus pada ancaman terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian
bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh Heradus. Ia memerintahkan untuk
diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri oleh para pengawalnya dan para
mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana. Heradus duduk dengan wajahnya yang
hitam mengkilat, lalu ia memutarkan pandangannya ke arah mata-matanya dan
bertanya: "Bagaimana berita anak kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata
berkata: "Tampak bahwa masalahnya tidak benar. Kami telah mendengar
isu-isu sekitar anak kecil yang mereka katakan bahwa ia membuat mukjizat dengan
berbicara saat ia masih belia. Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari
kebenaran berita itu, tetapi mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahwa
berita itu dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja
berkata: "Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahwa tiga orang
dari orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala
di suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya karena orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang
pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana
mereka dapat pergi dan bersembunyi lalu bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah
di sana ada persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari
tempat duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan
keadaan emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku
juga menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh."
Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang
dibayangkan orang-orang Yahudi bahwa mereka melihatnya." Hakim berkata:
"Sungguh kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati
jika kalian tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini.
Kebingungan dan kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari
sini."
Anak buah Heradus dan para
mata-mata pergi, sedangkan ia masih duduk memikirkan masalah tersebut.
Tampaknya masalah itu sangat menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan
kedatangan agama baru kepada manusia tetapi yang dipikirkannya adalah kekuasaan
Romawi yang ia menjadi simbolnya. Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil
pemuka orang Yahudi dan bertanya kepadanya tentang masalah ini. Para
pengawalnya yang khusus memanggil orang Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang
Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu
tentang suatu masalah yang sangat menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu
berkata: "Aku ingin mengabdi kepadamu."
Heradus berkata: "Aku
mendengar berita-berita yang saling berlawanan tentang anak kecil yang bisa
berbicara di masa buaiannya dan ia mengatakan bahwa ia akan menyelamatkan
kaumnya. Maka bagaimana berita yang sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu
berkata—dan ia merasa bahwa pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak
diketahuinya secara pasti: "Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama
Yahudi?" Heradus berkata dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli
sedikit pun selain kekuasaan Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta."
Pendeta Yahudi itu telah melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahwa
seandainya ia mengatakan itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada
dirinya, maka ia lebih memilih sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus
bahwa ia mendengar cerita itu tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah
benar agama kalian berbicara tentang kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat
kalian?" Pendeta berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai."
Heradus berkata: "Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan
menentang keamanan kerajaan Romawi? Apakah kalian menyadari ini adalah bentuk
pengkhianatan?" Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku
meluruskan suatu pemikiran yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita
yang kuno. Berita ini diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak
ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah
memang di sana ada yang membenarkan berita ini? Sekarang, apakah kamu secara
pribadi membenarkannya? Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka
katakan bahwa ia dilahirkan tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata:
"Apakah ada seorang yang percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada
seorang anak yang lahir tanpa seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat
biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada
sesuatu yang mengusir tidur dari mata seorang penguasa selain mimpi-mimpi
rakyat. Pergilah wahai pendeta dan jika engkau mendengar berita-berita, maka
sampaikanlah kepadaku sebelum engkau sampaikan kepada istrimu." Belum lama
pendeta itu pergi sehingga Heradus berpikir, bagaimana seandainya pendeta itu
berbohong. Ia menangkap benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui
kebohongan ini karena ia sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana
cerita tiga orang cerdik yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat
persekongkolan menentang Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di
tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan mereka untuk menangkap semua orang
yang mendengar cerita ini atau ia akan melihat akibatnya. Mula-mula dia
memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang melahirkan anak itu dan membunuh
setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara itu, Maryam keluar dari Palestina
menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu malam, datanglah kepadanya seseorang
yang belum pernah dilihatnya dan orang itu menyampaikan salam kepadanya serta
menyerukannya dan sambil berkata: "Bawalah anakmu wahai Maryam dan
keluarlah menuju Mesir." Dengan nada ketakutan Maryam bertanya,
"Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir; dan bagaimana aku bisa
mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab, "Keluarlah engkau niscaya
Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim Romawi mencari anakmu dan ingin
membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku
keluar?" Orang asing itu menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau
khawatir sedikit pun karena engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia.
Semua nabi diusir oleh kaumnya dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah
hukum kehidupan. Kejahatan selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi
pada akhirnya, kebaikan akan kembali menduduki singgasananya. Keluarlah wahai
Maryam." Akhirnya, Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun
Saina' bersama suatu kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di
jalan yang sama yang pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi
Musa api yang suci dan beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah
melalui perjalanan yang jauh dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang
dipenuhi dengan kebaikan, kemuliaan, kebudavaan klasik serta cuacanya yang
stabil mempakan tempat yang terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang
serta menjalani masa kecilnya di Mesir. Kemudian datanglah kepada Maryam orang
asing yang telah memerintahkannya untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia
memerintahkannya untuk kembali ke Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya:
"Raja yang lalim telah mati, maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam.
Telah datang kesempatan emas bagi Isa untuk menduduki singgasananya. Isa akan
menjadi penyayang orang-orang fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah
wahai Maryam." Maryam pun kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak
mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan
mencapai masa mudanya. Isa keluar dari rumahnya dan menuju tempat penyembahan
kaum Yahudi. Saat itu bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu
rumah pun dari rumah kaum Yahudi yang dapat menyalakan api atau memadamkannya
pada hari Sabtu, atau mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita
untuk membikin adonan roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi
Musa telah memerintahkan untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik
penghormatan hari Sabtu sehingga hari Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan
di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka melaksanakannya dengan berbagai macam
tradisi dan mereka mencurahkan segala konsentrasi mereka untuk menjaga hari
Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab, mereka meyakini bahwa hari Sabtu adalah
hari yang dijaga dari langit sebelum Allah menciptakan manusia sebagaimana
mereka percaya bahwa Bani Israil telah diberikan pilihan kepada satu jalur
saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka bangga karena mereka dapat menjaganya
meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah di kancah peperangan atau mereka
tertawan di tangan musuh. Bahkan saking ketatnya mereka mempertahankan
kehormatan hari Sabtu sampai-sampai mereka menambah-nambahi berbagai macam
larangan di hari Sabtu. Majelis kaum Yahudi menetapkan ratusan larangan yang
tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang dilarang untuk memakai gigi
palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang untuk memakai perban atau
memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu atau memanggil dokter.
Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf abjad; dilarang juga untuk
mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk panen dan belajar di hari Sabtu.
Kemudian, bepergian di hari Sabtu diharuskan untuk tidak lebih dari dua ribu
yard. Dilarang juga dihari Sabtu untuk membawa sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum
serta larangan-larangan biasanya diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling
tidak membantu terciptanya keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul
bersamanya cara untuk menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi
dipenuhi dengan kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka
menampakkan penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka
berusaha menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun
bertanggung jawab terhadap tugas pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan
banyak mendapatkan jarninan-jaminan, maka kita akan melihat bahwa mereka siap
untuk menciptakan berbagai rekayasa dan tipu daya yang memungkinkan mereka
untuk menghindar dari hukum-hukum syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat
adalah saat di mana syariat-syariat tersebut bertentangan dengan kepentingan
pribadi mereka atau dapat menjadi penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata
pencaharian yang haram yang sudah siap masuk pada kantong mereka. Misalnya,
terdapat kaidah syariat yang menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh
melebihi dua ribu yard. Namun orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana
mereka mengundang orang-orang untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu, padahal
tempat diadakannya acara itu berjarak lebih dari dua ribu yard dari rumah
mereka. Lalu, bagaimana mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah
sekali. Mereka meletakkan pada sore hari Sabtu sebagian makanan yang berjarak
dua ribu yard dari rumah mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat
tinggal di mana mereka dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu yard
yang lain. Dari sini mereka dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu
juga agar mereka menghindar dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada
hari Sabtu, maka mereka membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan
gerbang-gerbang pintu dan jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota
seperti rumah besar yang dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu
dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukan
bagaimana orang-orang Yahudi mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim
menjaganya adalah, bahwa syariat Musa menetapkan agar seorang anak menginfaki
kedua orang tuanya saat mereka menginjak usia tua dan membutuhkannya. Tetapi
kaum Farisiun memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar
dari tanggung jawab ini dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang
anak dituntut oleh kedua orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke
para pendeta dan bersepakat kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan
kekayaannya kepada haikal, yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua
orang tuanya tidak mampu mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah
putus asa dan tidak lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua
harta kekayaannya akan dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan
hendaklah ia memberikan bagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu.
Demikianlah yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana
kebodohan pemikiran yang luar biasa ini, juga terdapat sikap keras kepala dan
kejumudan berpikir yang mengelilingi kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat
kesucian dan dua puluh enam salat yang harus mereka lakukan saat mereka
membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun mereka menganggap bahwa
meniadakan pembacaan salat-salat sebagai bentuk pembunuhan terhadap jiwa dengan
cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan abadi. Demikianlah kekerasan sikap
masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahwa moral mereka telah rusak dan dipenuhi
dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan
menuju tempat beribadah. Orang-orang berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak
membanggakan pakaian-pakaian yang berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan
dengan memakai baju putih dan menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak
lembut yang mencapai kedua bahunya dan tampak ia basah terkena air awan yang
menurunkan gerimis. Kemudian kedua kakinya berjalan di atas tanah sehingga
tanah itu dipenuhi dengan bau harum yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang
dipakai oleh Isa terbuat dari bulu domba yang sangat sederhana dan kasar.
Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua
buah yang beliau berikan kepada anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan
semacam ini menurut kepercayaan Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang
agama Yahudi.
Isa mengetahui bahwa menjalankan
agama yang hakiki bukan terletak pada ketaatan eksternal sementara hati jauh
dari sikap rendah diri. Oleh karena itu, Isa mencabut buah dan memberikan makan
kepada manusia pada hari Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua
sehingga mereka tidak mati kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat
sesembahan orang Yahudi. Isa berdiri di dalamnya dan mengamati para pendeta dan
manusia yang hilir mudik di sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia
berdiri di dalamnya. Isa mengamat-amati apa yang ada di dalamnya.
Dinding-dinding tempat beribadah itu terbuat dari kayu gahru yang memiliki bau
yang harum. Di samping itu, terdapat kelambu-kelambu yang terbuat dari
kain-kain yang mengagumkan yang dicampur dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu
yang terulur dari atap dan juga ada lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya.
Meskipun demikian, kegelapan menyelimuti hati orang-orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di
tempat penyembahan itu. Setiap kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati para
pendeta di sana. Terdapat dua puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat
dalam haikal. Mereka adalah kaum Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang
di dalamnya ada kitab-kitab syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai
pakaian yang lebar yang sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka adalah
pembantu haikal yang resmi dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun
kaum Shaduqiyun adalah kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan
penguasa di mana mereka memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa
memperhatikan bahwa jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah
para pendeta dan para tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan
kambing dan merpati yang dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu.
Mereka menyerahkannya sebagai kurban kepada Allah. Yaitu kurban yang disembelih
di dalam tempat persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap
langkah yang diayunkan oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan
menghasilkan uang.
Di tempat penyembahan Yahudi
itulah tersingkap hakikat kehidupan kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang
disembah oleh manusia di zaman itu adalah uang. Jadi, kemewahan materi atau
kekayaan adalah nilai satu-satunya yang karenanya manusia akan bergulat satu
sama lain. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran
syariat dengan manusia-manusia biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja
sama di antara mereka di dalam haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu
pasar di mana mereka memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari
kurban-kurban di dalamnya. Seringkali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru
dalam persoalan syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam
menentukan kurban yang harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun
berpendapat bahwa hewan-hewan kurban itu harus dibeli dari harta haikal
sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap bahwa harta dari haikal adalah hak mereka.
Oleh karena itu, mereka menganggap bahwa hewan kurban itu harus dibeli dengan
jumlah tersendiri. Begitu juga kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar hewan yang
disembelih di atas tempat penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka
mengambil hewan sembelihan ini untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahwa
kaum Shaduqiyun menjual merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka
sengaja memperbanyak kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk
mengorbankan burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja
mencapai beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu
Sam'an bin Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati
sebagai kurban. Setelah itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar.
Pergulatan antara kedua kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko
yang menyimpan burung merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang
terjadi di sekelilingnya; Nabi Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu membeli
hewan kurban sehingga mereka tidak mampu berkurban; Nabi Isa melihatbagaimana
para pendeta memperlakukan mereka dan memangsa mereka seperti serigala yang
buas. Nabi Isa berpikir di dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka
bakar lalu dagingnya menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan
kaum fakir yang mati kelaparan? Mengapa mereka mengira bahwa Allah SWT ridha
ketika tempat penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu hewan kurban itu dibawa
ke rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa
orang-orang fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak uang untuk membeli
binatang-binatang kurban? Mengapa binatang-binatang kurban itu harus dimiliki
dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan dengan
uang-uang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu? Bukankah
hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa uang?
Nabi Isa pergi dari tempat
penyembahan itu dan ia meninggalkan kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi
dengan kecemburuan yang suci terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin
pucat ketika melihat berbagai macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri
di atas sebuah bukit dan beliau mulai melakukan salat. Tetesan-tetesan air mata
mulai berlinang dari pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan
menangis. Di sana terdapat bunga yang nyaris mati karena kehausan lalu ketika
ia mendapatkan tetesan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan
mendapatkan kehidupan. Tetesan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana
beliau akan menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah
ini pula, dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan
Nabi Zakaria. Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka
berdua, bumi kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah
wahyu kepada Isa bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah-Nya agar ia memulai
dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus
dari kehidupannya yaitu lembaran yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau
memulai perjalanannya yang berat dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau
mulai berdakwah di jalan Allah SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak
berdasarkan kerendahan hati dan cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan
untuk membebaskan dan menyucikan ruh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah
diri dan cinta. Nabi Isa ingin menyelamatkan ruhani. Ajaran Nabi Isa
berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat dan kebangkitan. Nilai-nilai dan
pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam kehi-dupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan
pemberlakuan hukum qisas: barangsiapa yang memukulmu di pipi sebelah kananmu,
maka pukullah pipi sebelah kanannya. Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi
menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang dipukul mampu untuk menghancurkan
rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu merasa puas hanya sekadar memukul
pipi sebelah kanannya, namum jika ia tidak mampu, maka hendaklah ia memukul
pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi hatinya dipenuhi dengan dendam karena
ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan
tempat bersinggahnya syariat Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang
merupakan cermin cinta Ilahi yang besar namun syariatnya kini berada di bawah
kekuasaan hati-hati yang mati, yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan
kebencian. Lalu, apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT
telah mengutusnya dan memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah
SWT menurunkannya kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas
nabi sebelumnya. Para nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah
satu, yaitu menciptakan kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan
Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi
Isa terhadap syariat qisas cersebut? Yang jelas, tindakan yang dilakukkan oleh
Nabi Isa murni dari ilham yang didapatnya dari Allah SWT. Nabi Isa
mengem-balikan kaum kepada tujuan asli dari syariat. Nabi Isa mengembalikan
mereka kepada hikmah syariat yang asli. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada
cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu pun kepada orang yang memukul pipi
sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha untuk memukul pipi sebelah kanannya.
Al-Masih justru akan membalikkan pipi sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa
yang tidak berbeda sedikit pun dengan syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman
yang mengagumkan dari kedalaman syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan
kepada kaum di sekelilinginya tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin
memberitahu mereka bahwa syariat bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam
pada diri kalian lalu kalian memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah,
hendaklah kalian menebar kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang
buas di hutan. Binatang-binatang itu mencintai diri mereka sendiri. Mereka
bermusuhan dan saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka memberikan
makan kepada anak-anaknya. Perbedaan antara manu-sia dan binatang adalah
perbedaan pada tingkat cinta. Hewan tidak akan mampu melampui derajat cintanya
kepada makhluk yang lain. Atau dengan kata lain, hewan tidak dapat membagi
cintanya kepada jenis yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu. Di
situlah manusia mampu dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih
memberitahu kaumnya bahwa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali
setelah ia mencintai orang lain sebagaimana ia mendntai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahwa
dikatakan, hendaklah engkau mencintai orang yang dekat denganmu dan membenci
musuhmu, sedangkan aku berkata kepada kalian, cintailah musuh kalian dan
doakanlah orang yang melaknati kalian. Berbuat baiklah kepada pembenci kalian
dan salatlah untuk orang-orang berbuat buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan
menghapus syariat Nabi Musa dalam bentuk eksternal. Jika kita berusaha
membandingkan dua syariat tersebut dalam bentuk yang sederhana, maka pada
hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menghapus bid'ah yang dilakukan
oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap syariat Nabi Musa dan menunjukkan
hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang tinggi. Di tengah-tengah masa
materialisme yang sangat luar biasa dan dunia dipenuhi dengan penyembahan
terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam kejahatan, munculah dakwah
al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan ketinggian dan kesucian.
Al-Masih mengetahui bahwa ia mengajak manusia untuk menciptakan perilaku ideal
dalam kehidupan; Al-Masih menyadari bahwa dakwahnya penuh dengan idealisme
tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama merupakan solusi satu-satunya
untuk mengobati kehidupan dari kesengsaraan dan penyakit-penyakit menular;
Al-Masih mengetahui bahwa tidak semua manusia tidak mampu untuk mencapai puncak
yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak, hendaklah setiap orang berusaha
sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari
kesudan yang mengagumkan; dakwah Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan ruh
atau dakwah yang dapat dianggap sebagai pedoman perilaku individu, bukan suatu
system perincian-perincian tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber utama,
yaitu ruh. Isa ingin raenghidupkan ruhani manusia dan membimbingnya untuk
mencapai cahaya Sang Pencipta. Oleh karena itu, Isa datang dengan didukung oleh
ruhul kudus. Ruhul kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah
SWT memperkuat Isa dengan Ruh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya
sepanjang pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah
atau membawa mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia
tidak bersama mereka sepanjang waktu. Oleh karena itu, apakah memang Jibril
menemani Isa sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang
dengan tafsiran ini karena dalam kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat
di mana beliau mempunyai kemampuan yang luar biasa yang berupa
mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan beliau sampai pada batas menghidupkan
orang-orang mati dengan izin Allah SWT. Begitu juga, beliau memiliki kemampuan
yang luar biasa di mana beliau dengan hanya meniupkan pada suatu tanah, maka
tanah itu terbentuk menjadi burung dan ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain
itu, Nabi Isa sama sekali tidak mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga
beliau diangkat oleh Allah SWT. Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat
di mana kita saksikan bahwa sebagian para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan
memiliki beberapa wanita bahkan kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahwa jumlah
istri-istri nabi mereka Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam
dalam ibadah seperti anak dari bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusuk
beribadah dan tinggal di gunung dan gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal
itu adalah hal yang alami baginya, sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah
masyarakat kota. Persoalannya adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan
dengan seorang wanita dan bukan hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang
luar biasa yang berhubungan dengan ruh, tetapi yang lebih dari itu adalah,
bahwa beliau didukung oleh ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu
adalah nikmat yang tak seorang pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah
mengatakan: 'Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu
di waktu Aku menguatkan kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan
manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu
Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di
waktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan
izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang
sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang
yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan
seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur
(menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani
Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka
berkata: 'Ini tidak lain hanya sehir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku
ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku.' Mereka nienjawab: 'Kami telah beiiman dan saksikanlah (wahai rasul)
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).'"
(QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan
lima mukjizat Nabi Isa. Pertama, bahwa beliau mampu berbicara dengan manusia
saat beliau masih di buaian. Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang
diturunkan kepada Nabi Musa telah tersembunyi dan telah mengalami perubahan
yang dilakukan oleh orang-orang cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau
membentuk tanah seperti burung kemudian meniupkannya lalu tanah itu menjadi
burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan orang-orang yang mati. Kelima,
beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan orang yang belang. Terdapat
mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Qur'an al-Karim:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul-betul kamu orangyang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami
dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya
Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku ahan menyiksanya dengan
siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat
manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah
turunnya makanan dari langit karena permintaan Hawariyin. Juga terdapat
mukjizat yang ketujuh yang terdapat surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi
kemampuan melihat hal-hal yang gaib melalui panca inderanya meskipun beliau
tidak menyaksikannya secara langsung. Oleh karena itu, beliau memberitahu
kepada sahabat-sahabatnya dan murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang
mereka simpan di rumah-rumah mereka:
"Dan aku kabarkan kepadamu
apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu
benar-benar beriman. " (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang
ketujuh yang didahului oleh mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan.
Beliau lahir tanpa seorang ayah, lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana
beliau diangkat dari bumi ke langit ketika penguasa yang lalim berusaha
menyalibnya. Barangkali pembaca akan bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat
seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita mengetahui bahwa mukjizat adalah hal
yang luar biasa yang Allah SWT berikan kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu
menjadi sempuma jika mukjizat itu disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya
nabi tersebut sehingga mukjizat itu sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan
mampu menggoncangkan hati mereka dan menjadikan mereka berimana kepada pemilik
mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi suatu hal yang luar biasa. Oleh karena
itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi
tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa
oleh rasul selalu berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang
melihat bagaimana seekor unta yang melahirkan dari gunung atau mampu membelah
batu-batuan gunung. Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar
memainkan sihir sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh karena itu,
mukjizat yang dibawa oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai
sihir, tetapi pada hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa
tongkat yang menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para
tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa,
beliau diutus di tengah-tengah kaum materialis yang mengingkari ruh dan hari
kebangkitan. Mereka menduga bahwa manusia hanya sekadar tubuh tanpa ruh. Mereka
adalah kaum yang meyakini bahwa darah makhluk adalah ruhnya atau jiwanya.
Taurat yang ada di tangan Yahudi menyebutkan bahwa tafsir an-Nafst adalah
darah. Disebutkan di dalamnya: "Janganlah engkau memakan darah dari tubuh
manusia karena jiwa setiap tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah
kaum yang mereka disesatkan oleh falsafah yang dasarnya mengatakan bahwa
penciptaan alam memiliki sumber pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam
memiliki wujud yang mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang niaterialis ini,
di mana ruh diingkari, maka secara logis mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha
menunjukkan alam ruhani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah.
Mukjizat ini cukup untuk membungkam kaum yang mengatakan bahwa alam memiliki
sumber pertama. Jelas bahwa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita
berada di hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan
menjadikan sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak
berasal dari hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri
menciptakan sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia
tidak tunduk kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak-Nya yang bebas, Dia mampu
memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan,
kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan ruh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke
dalamnya (tubuhnya) roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda
(kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat
yang luar biasa yang menegaskan dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan
ketidak terkaitannya dengan sebab karena Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua
pentingnya ruh dan menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang
hanya mementingkan fisik sehingga mereka mengingkari ruh. Seandainya kita
mengamati sebagian besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan
mendukung pandangan tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk
tanah seperti burung lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi
burung. Mukjizat ini pun menguatkan adanya ruh. Semula ia berupa tanah yang
bersifat fisik yang tidak dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi
Isa meniupnya, maka segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan,
Sungguh sesuatu yang bukan fisik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah ruh. Ruh
itu masuk ke dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, ruh adalah nilai
yang hakiki, bukan jasad atau fisik. Di samping itu, juga ada mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya ruh
dan adanya hari akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh
bumi di mana anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir
menjadi tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia
hidup kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya
berupa fisik sebagaimana dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu
bangkit dari kematiannya karena fisiknya telah hancur tetapi mayit itu mampu
bangkit dari kematian. Jasadnya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya
serta berbicara. Jadi, ruh adalah nilai yang hakild. bukan fisik atau jasad.
Kalau begitu, di sana terdapat hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini
bukanlah mustahil sebagaimana yang dikatakan orang-orang Yahudi, karena setelah
kematian jasad menjadi tanah yang berterbangan di udara. Itu bukan mustahil
tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang
yang telah mati di hadapan mata kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah
menghidupkan mereka agar kaumya vakin bahwa kiamat fisik akan terjadi dari
kematian dan itu adalah benar dan bahwa hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain,
yaitu beliau mampu memberi tahu kaumnya tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah
mereka, tanpa terlebih dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran
dari seseorang. Mukjizat ini menetapkan bahwa panca indera bukanlah nilai yang
hakiki. Nabi Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi ruhnya mampu
untuk melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, ruhani adalah nilai
yang hakiki, bukan fisik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya ruh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat
Nabi Isa—sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra'—termasuk dari
jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah untuk
mendidik ruhani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian, dan di
sana ada kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas
kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat
menghidupkan orang-orang yang mati masih memberikan celah kepada para
pengingkar akhirat untuk terus mengingkarinya atau memberikan ruangan kepada penentang
hari kebangkitan untuk meneruskan penentangannya? Kami telah mengatakan bahwa
orang-orang Yahudi telah diracuni dengan pikiran ketidakpercayaan atau
penentangan pada hari akhirat serta tidak beriman kepada hari akhir, maka
menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa atau dikuasai oleh Isa menjadi
suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat mereka beriman, tetapi mereka
masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran
kehidupannya yang lembut dan dan ia mulai berdakwah di jalan Allah. Beliau
didukung oleh ruhul kudus dan mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Qur'an
al-Karim menceritakan kepada kita bahwa esensi dakwah al-Masih tidak banyak
berubah dari esensi dakwah para nabi sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang
intinya adalah menebarkan tauhid yang sempurna hanya serta menyerahkan diri
kepada Allah: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Qur'an memberitahu kita bahwa
yang mengatakan kalimat tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat
yang sama yang pernah disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat
mereka, mukjizat mereka, baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk
mereka, dan warna kulit mereka tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk
menyuarakan Islam dan hanya menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman
bahwa Allah SWT adalah Tuhan mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu
bagi-Nya dan tiada yang setara dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan
tidak diperanakkan dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan
tauhid lebih banyak atau lebih sedikit dari apa yang pemah disampaikan oleh
para nabi. Al-Qur'an datang kira-kira setelah lima ratus tahun dari
pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui ilmu-Nya yang azali mengetahui apa
yang terjadi di tengah-tengah kaum Masehi di mana mereka berselisih tentang
hakikat Isa. Oleh karena itu, Al-Qur'an al-Karim berusaha menyingkap dialog
mereka yang belum terjadi. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku,
dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah:
116-117)
Al-Qur'an secara tegas mengatakan
bahwa dakwah al-Masih adalah dakwah tauhid. Al-Qur'an ingin mengatakan bahwa
al-Masih terlepas dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan
bahwa ia anak Tuhan atau ia justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahluh Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan
Allah SMT. Inti dakwahnya adalah, bahwa tidak ada perantara antara Pencipta dan
makhluk; tidak ada perantara antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah
SWT menurunkan kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang
untuk membenarkan Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil
adalah cahaya, petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi
Isa ingin meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana
mereka menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang yang menjaga syariat
bahwa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan
pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian
kepada orang-orang Yahudi bahwa sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung
makna-makna yang lebih dalam dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam
bukan hanya melarang pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka pahami tetapi
juga menyangkut penindasan dan usaha rnencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat
yang ketujuh bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan
antara laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina
berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika
mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu
pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada
ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang
untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya
bahwa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu karena merupakan
"kesalahan besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut
manusia." (Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan
dengan arus materialisme yang sangat mendominasi masyarakat saat itu. Oleh
karena itu, beliau mengingatkan manusia dari perbuatan munaflk, pamrih, tamak,
dan gila pujian. Begitu juga beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus
terhadap kekayaan dunia; beliau mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun
harta di dunia. Yakni, hendak lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka
pada urusan-urusan duniawi semata yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah
rnereka memfokuskan perhatian mereka pada hal-hal yang bersifat samawi
(ukhrawi) karena itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada
masyarakatnya agar mereka menjadi orang-orang yang teliti saat memilih gaya
hidup mereka karena pada gilirannya akal mereka akan menjadi cermin darinya.
Kecenderungan manusia itu terkait kuat dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada
cahaya langit, maka kehidupan manusia akan tampak bersinar tetapi jika hati
tertuju pada kegelapan dunia, maka kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa
mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka
untuk teliti dalam memilih majikan yang mereka mengabdi kepadanya karena
manusia tidak dapat mengabdi kepada dua majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia
akan menjadikan harta sebagai majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan
Allah SWT sebagai tuannya. Jika ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari
penyembahan terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, hendaklah manusia menjauhi
dunia, seperti makanan dan pakaian di mana mereka akan dikuasai oleh
kegelisahan dan ketidaktenangan serta keraguan tentang penjagaan Allah SWT
kepada mereka. Allah SWT telah berjanji untuk memenuhi kebutuhan
hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul kegelisahan dan keraguan pada
diri mereka, maka itu dikarenakan keraguan mereka terhadap penjagaan Allah SWT
dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya dan rahmat-Nya serta
bimbingan-Nya. Allah SWT-lah yang menciptakan mereka dan Dia pula yang menjamin
kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga melindungi makhluk yang
paling kecil urusannya seperti burung di langit dan kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya
bahwa hanya memperhatikan dunia adalah hal yang salah, yang tidak pantas
dilakukan oleh orang-orang yang beragama. Itu adalah sikap para penyembah
berhala karena penyembah berhala tidak mengetahui apa yang lebih baik darinya,
sedangkan orang-orang yang beragama mengetahui bahwa di sana terdapat bimbingan
Ilahi yang mengajak mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu
peduli dengan dunia. Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih
daripada apa yang mereka ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan
menjamin kehidupan mereka. Karena itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah
mereka memohon agar diberi kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni
kehidupan ruhani dan apa yang dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa
menasihati mereka agar jangan terlalu pusing dengan kejadian-kejadian yang akan
datang dan persoalan-persoalan esok hari karena esok hari sudah berjalan
sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan penderitaan datang silih berganti,
maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun terus datang silih berganti. Dakwah
Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme yang tumbuh di tengah-tengah
masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka mendapatkan kebaikan yang
ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa untuk melakukan kejahatan
kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan orang-orang Yahudi dicemari
sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada manusia agar mereka
memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang mengatakan:
"Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan dirimu
sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan
dakwahnya dan mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT serta tidak
menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga mengajak manusia untuk membersihkan
dan menyudkan ruhani serta hati dan berasaha memasuki kerajaan langit. Dakwah
Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta Yahudi. Kalimat-kalimat yang
dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap menerpa wajah mereka dan
menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap kedok kemunafikan
mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur dalam masalah tersebut
karena mereka melihat bahwa itu hanya sekadar perselisihan internal antara
kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi sibuk dengan
masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka pun tidak
turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi
mulai merancang suatu persekongkolan untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin
mengusir Isa dan membuktikan bahwa Isa datang untuk menghancurkan syariat Musa.
Syariat Musa memutuskan untuk merajam wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi
menghadirkan wanita yang salah yang berhak dirajam. Mereka berkumpul di
sekeliling Isa dan bertanya kepadanya: "Tidakkah syariat menetapkan untuk
merajam wanita yang bersalah?" Isa menjawab: "Benar," Mereka
berkata: "Ini adalah wanita yang bersalah." Isa memandang wanita itu
dan ia pun melihat para pendeta Yahudi. Isa mengetahui bahwa para pendeta
Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada wanita tersebut. Para pendeta itu
menunggujawaban Isa. Jika ia mengatakan bahwa wanita itu tidak berhak dibunuh,
maka berarti ia menentang syariat Musa, dan jika ia mengatakan bahwa ia berhak
dibunuh, maka ia justru menghancurkan dirinya sendiri yang membawa syariat
cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami bahwa ini adalah persekongkolan. Beliau
tersenyum dan wajahnya tampak bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta
Yahudi dan wanita itu sambil berkata: "Barangsiapa di antara kalian yang
tidak memiliki kesalahan, maka hendaklah ia merajam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu
memecahkan keheningan tempat penyembahan. Beliau menetapkan peraturan baru yang
berhubungan dengan hukum yang dijatuhkan kepada orang yang ber-buat salah.
Hendaklah orang yang tidak berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak
berhak seseorang pun dari kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah
jika ia sendiri bersalah, tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha
Suci dan Maha Tinggi dan Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang
mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat
penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita itu mengejar dari belakangnya. Lalu wanita
itu mengeluarkan dari pakaiannya satu botol dari minyak yang berharga. Ia
berdiri di depan Isa dan menjatuhkan dirinya di atas kedua kaki Isa lalu
menciumnya dan membasuhnya dengan minyak wangi dan air mata. Setelah itu, ia
mengeringkan kedua kakinya dengan rambutnya. Bagi wanita itu, al-Masih mempakan
harapan terakhir yang dapat menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa
seorang tokoh pendeta Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan
ia merasa kagum terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya;
"Seorang kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang
lima ratus dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang
merniliki uang yang cukup untuk melunasi uangnya. Lalu si kreditor memaafkan
mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata:
"Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang
lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihadah wanita
ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku air
agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku dengan
air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau tidak
memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan hanya
mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati wanita itu
dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barangsiapa yang banyak mencintai niscaya
kesalahan-kesalahannya akan diampum." Kemudian Isa menoleh ke wanita itu
dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata: "Ya Allah,
ampunilah wanita ini dan hilangkanlah kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyadarkan
para pendeta Yahudi bahwa para dai yang menyeru di jalan Allah SWT bukanlah
algojoalgojo yang bengis yang menerapkan hukum syariat tanpa melihat keadaan
masyarakat yang bersalah, tetapi mereka datang dan membawa ajaran Allah SWT
yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat kepada manusia. Jadi, rahmat
adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan diutusnya para nabi itu sendiri
mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT
agar merahmati kaumnya. Beliau menyuruh kaumnya agar menyayangi diri mereka
sendiri dan beriman kepada Allah SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan
kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah. Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana
diri wayatkan Ibnu 'Asakir: "Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai
pakian dari wol. Beliau keluar dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis
serta wajahnya tampak pucat karena kelaparan dan bibimya tampak kering karena
kehausan. Nabi Isa berkata, "salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku
adalah seseorang yang meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah
SWT, tanpa bermaksud membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana
rumahku?" Mereka menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku
adalah mesjid, wewangianku adalah air makananku adalah rasa lapar, pelitaku
adalah bulan di waktu malam dan salatku di waktu musim dingin di saat matahari
terletak di timur, bungaku adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari
wol, syiarku adalah takut kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah
orang-orang yang fakir, orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin.
Aku memasuki waktu pagi dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu
juga aku memasuki waktu sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku.
Aku adalah seseorang yang jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang
lebih kaya daripada aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia
didukung oleh mukjizat dari Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk burung
dari tanah kemudian ia meniupnya, maka tanah itu menjadi burung dengan izin
Allah SWT. Selain itu, ujung bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang
sakit, maka orang itu akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas
mata orang yang buta atau orang yang terkena sakit belang niscaya ia akan
sembuh. Jadi, Nabi Isa didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau
mampu menghidupkan orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka
keluar dalam keadaan hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa
Nabi Isa menghidupkan empat orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian
dua orang anak laki-laki dari seorang tua, dan seorang anak perempuan
satu-satunya dari seorang ibu. Mereka adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi
Isa. Ketika orang-orang Yahudi melihat hal tersebut, mereka berkata:
"Engkau menghidupkan orang-orang yang mati dan kematian mereka tidak lama
.Barangkali mereka tidak mati tapi mereka sekadar mengalami keadaan tidak
sadarkan diri atau mati suri. Lalu mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan
Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahwa
Nabi Isa bertanya kepada mereka, "Di manakah kaum kuburan Sam bin
Nuh?" Mereka keluar bersama Isa sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu
Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT agar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam
bin Nuh keluar dari kuburannya, dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa
berkata kepadanya: "Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara
di zamanmu kau tidai. ada uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku
mendengar engkau berdoa untukku lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku
akan mengabulkan wahai Ruhullah. Aku mengira bahwa kiamat telah tiba. Karena
takutnya kepada hal itu sehingga rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan
dengan cerita itu yang menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan
orang-orang yang mati, namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta
perincian-perincian yang menjelaskan hal tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan
bahwa Isa menghidupkan orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya
bahwa Nabi Isa mampu menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui apakah
mereka mati kembali setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani kehidupan
selama beberapa saat. Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau
membuat bagi mereka apa yang disebut dengan hukum ruh. Beliau menaiki gunung
dan para sahabat-sahabatnya berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang
yang beriman kepadanya yang terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang
yang menderita, dan orang- orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana
lazimnya jumlah para pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis
dan turunlah hujan gerimis. Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi
orang-orang miskin karena mereka memiliki kerajaan langit. Beruntunglah
orang-orang yang sedih karena mereka akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah
yang diserahi amanat karena mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang-orang
yang lapar dan haus karena mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang
yang menyayangi karena mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang
bersih hatinya karena mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang
yang tertindas demi mempertahankan kebenaran karena mereka akan mendapatkan
kerajaan langit. Kalian adalah garam bumi jika garam telah rusak, maka siapa
gerangan yang dapat mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah
kedalaman ungkapan dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang
memberikan rasa yang khusus dan tanpa garam makanan akan menjadi hambar. Yakni,
tanpa orang-orang mukmin, maka cita rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa
kehadiran orang-orang Muslim dan perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah
SWT akan tampak kehidupan sangat berat dan tidak berarti. Di samping itu,
kehadiran manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan
manusia sebagai hamba Allah SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya
kehidupan akan dipenuhi dengan kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada
"garam bumi" agar mereka beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku
ilhamkan kepada pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku
dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah
(wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran
ajaran Nabi Isa dan mereka menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu
Saba' mengakui kebenaran ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya,
dan sebagaimana semua para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi
terbatas kepada pernyataan keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid
dan jalan Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam
daripada tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan
keesaan-Nya dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat
dosa, sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta
pemikiran kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini
adalah tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan
orang-orang yang bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan dengan
pikiran, yaitu usaha manusia untuk menghindari kesalahan dan memurnikan amal
hanya untuk Allah SWT. Al-Qur'an al-Karim memberitahu kita bahwa Allah SWT
menyampaikan wahyu kepada al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada
Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak
tentang wahyu Allah SWT terhadap Hawariyin. Kita mengetahui bahwa Allah SWT
mewahyukan kepada manusia dan kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mewahyukan kepada lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di
sini adalah memberikan ilham kepada makhluk agar mereka menuju ke jalan
fitrahnya yang telah Allah SWT gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai
jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda ingat tentang jawaban Nabi Musa terhadap
pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah
Tuhan kamu berdua wahai Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami
ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya
kemudian memberinsa petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama.
Makna yang sama tersebut diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah
SWT terhadap mereka berupa pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan mereka
dan kebahagiaan mereka, dan wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar mereka
dan usaha mereka serta keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan dengan
kebebasan mereka. Allah SWT telah melihat hati mereka yang dipenuhi dengan
kebaikan. Dia melihat mereka sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan
kepada mereka agar beriman kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman
dan mereka pun bersaksi bahwa mereka orang-orang yang berserah diri atau
Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin
menyembunyikan keimanan mereka sehingga Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin
menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka: "Siapakah di antara kalian yang
menolong aku menuju jalan Allah SWT?" Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui
keingkaran dari mereka (Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin
(sahabat-sahabat setia) menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.
Kami beriman kepada Allah; dan sahsikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa
yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah
kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran:
52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahwa
Nabi Isa mengajak mereka untuk mengikuti Islam sehingga mereka pun berserah
diri; nas Al-Quran menegaskan bahwa Nabi Isa menyampaikan kabar gembira dengan
kedatangan seorang rasul yang datang setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan
dalam Al-Qur'an:
"Dan (ingatlah) ketika Isa
putra Maryam berkata: 'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi
kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang
nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara
pasti kapan Nabi Isa menyampaikan kabar berita tentang kedatangan seorang rasul
ini yang datang setelah masanya, yaitu Ahmad saw. Apakah kabar berita itu
beliau sampaikan dipermulaan pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau
menyampaikan kabar itu pada akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau diangkat ke
langit? Tetapi melihat konteks Al-Qur'an tampaknya kabar berita tersebut itu
disampaikan di permulaan dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala
rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka
berkata: 'lni adalah sihir yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat
tersebut kembali kepada Nabi Isa. Ayat tersebut menunjukkan bahwa Nabi Isa
menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah
SWT mengutus kepada kaumnya. Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai
macam mukjizat yang luar biasa seperti penghidupan orang yang mati, peniupan
tanah, dan sebagainya. Ketika Nabi Isa datang membawa bukti-bukti yang jelas
ini, maka mereka menuduhnya bahwa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahwa
tuduhan semacam ini telah dialamatkan kepada sebagian besar para nabi
sebelumnya. Beliau juga mengetahui bahwa nabi yang terakhir pun akan
mendapatkan tuduhan yang sama. Oleh karena itu, nabi yang mulia itu tetap
berdakwah di jalan Allah SWT dan tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang
mengatakan bahwa beliau membawa sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi
Isa dan Bani Israil semakin meningkat. Mereka adalah orang-orang yang hatinya
keras, yang membeku di hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan
segala pemikiran mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya
dakwah Nabi Isa terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat
yang sama mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang
telah menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata menyebutkan
melalui lisan Isa: "Jangalah kalian mengira bahwa aku membawa kedamaian ke
muka bumi. Aku tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi aku datang membawa
pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan
hakikat yang penting dari hakikat dakwah para nabi. Para nabi adalah pejuang
sejati di mana senjata yang mereka gunakan di medan peperangan beraneka ragam.
tetapi mereka pada hakikatnya adalah pejuang. Mereka memulai peperangan mereka
dengan satu pemikiran yaitu suatu tekad mengatakan bahwa tiada Tuhan selain
Allah SWT. Pemikiran itu tentu berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan
yang diyakini oleh manusia, baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu.
Pemikiran itu sangat mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa
yang bengis serta sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan
para penguasa seperti biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang
mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi
menentang nabi. Al-Mala' adalah para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan
dalam kisah Nabi Nuh dan sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan
peperangan mewujudkan tekadnya: Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan
menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang
kuat ini, Nabi menetapkan keadilan. Tak seorang pun berhak untuk menghinakan
seseorang atau menjadikannya sebagai budak karena penghambaan hanya pantas
ditujukan kepada Allah SWT. Manusia adalah sama di antara mereka sehingga tidak
berhak seseorang untuk memanfaatkan kekuatan manusia untuk membangun kejayaan
pribadinya atau unruk memperkaya dirinya dengan merugikan orang lain, atau
menghancurkan hak-hak mereka atau berbuat buruk terhadap mereka dalam berbagai
bentuknya. Jadi, inti dakwah para nabi berarti mengganti dan mengubah sistem
yang rusak yang didirikan oleh para pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah
dakwah yang menyatakan peperangan dan karena itu seseorang nabi harus membava
senjata. Setelah meneguhkan pemikiran tersebut, dimulailah peperangan. Seorang
nabi menggunakan pedang. Ia berlindung di balik senjata dan senjata yang
dimiliki oleh setiap nabi berbeda-beda.
Mula-mula seorang nabi tidak
menggunakan senjata apa pun dalam peperangannya selain berusaha untuk
membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin meningkat sehingga nabi terpaksa
untuk menggunakan senjata. Para musuh memaksanya untuk menggunakan senjata
sehingga para nabi pun menggunakan senjata. Di sini setiap nabi mempunyai
senjata yang berbeda-beda. Terkadang senjata seorang nabi berupa mukjizat yang
dapat menghentikan langkah dan menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi
Nuh) atau angin (kisah Nabi Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah
mukjizat yang membantunya untuk mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti
ditundukkannya jin dan burung baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi
berupa mukjizat yang menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya
api menjadi sesuatu yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim)
dan terkadang senjata nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti
menghidupkan orang-orang yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi
berupa pedang yang dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan
mempertahankan dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi
berbeda-beda, baik dalam bentuk kualitas maupun kapasitasnya. Allah SWT
mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang kita ketahui sehingga Allah SWT
sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk setiap nabi. Dan tak seorang nabi
pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia tidak berjuang dan tidak bergerak
dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya. Oleh karena itu, sesuai dengan
kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka dalam menyampaikan dakwah di
jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan tempat yang istimewa di sisi
Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan
bahwa beliau adalah seorang pejuang yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri
berusaha menghancurkan masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat
di zaman Nabi Isa berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan,
kemunafikan, meterialisme, pamrih, kelaliman dan tidak ada kebebasan. Maka
melalui kalimat-kalimatnya, Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi Isa
memberitahu kaumnya bahwa dakwahnya di jalan Allah SWT bukan terfokus pada
dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan
perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai ketika tidak berusaha dipertahankan oleh
yang bersangkutan sampai tetes darah penghabisan. Timbulnya
pemikiran-pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tidak hanya bersandar
kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar kepada usaha keras yang
dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka mempertahankannya. Tanpa
peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi akan menjadi
pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan menghentikan
seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahwa sebagian
besar nabi berhadapan dengan kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya
dan berusaha memeranginya. Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya
mereka berusaha untuk membunuhnya. Kita mengetahui bahwa para nabi berusaha
mati-matian untuk memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para
nabi, kita mengetahui bahwa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan
para penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan
tidak melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal
itu sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para nabi
didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka memiliki
berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi hanya
menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang
tidak berdasarkan pada sebab-sebab tertentu atau tidak peduli dengan
tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus
melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan kepada usaha membangkitkan akal dan hati
serta menvucikan ruh. Keteguhan sikap para nabi ini bagi musuh-musuh mereka
merupakan problem yang besar. Dakwah nabi juga menjamah suatu keluarga di mana
seorang ayah dapat beriman sementara seorang anak dapat menentang atau seorang
anak dapat beriman sementara si ayah dapat menentang atau seorang istri beriman
atau seorang suami kafir atau seorang suami beriman sementara si istri kafir.
Perbedaan anak laki-laki dengan ayahnya dan seorang istri dengan suaminya
menimbulkan permusuhan di dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini,
masyarakat bergerak untuk menentang nabi dan semakin meningkatkan
tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga permusuhan dan kebencian mereka
kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun berusaha untuk melawan nabi itu yang
bagi mereka telah memisahkan antara ayah dan anaknya atau ia datang untuk
memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan
suatu undang-undang bagi orang yang mengikutinya, yaitu undang-undang pokok
yang membatalkan undang-undang yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini
tampak dalam kalimat nabi: "pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian
cinta kepada nabi dan setelah itu cinta kepada sesama manusia."
Makna-makna yang demikian ini tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa
yang disampaikan oleh Injil Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah
engkau mengira bahwa aku datang membawa kedamaian di bumi, aku datang bukan
hanya membawa kedamaian tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak
berbeda dengan ayahnya dan seorang anak perempuan berbeda dengan ibunya
sehingga musuh seseorang justru terdapat pada keluarganya. Maka barangsiapa
yang mencintai ibunya dan ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia
tidak berhak mencintaiku, dan barangsiapa yang mencintai anak laki-lakinya dan
perempuannya lebih dariku, maka ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun
kehidupannya tampak beruntung sebenarnya ia telah rugi, dan barangsiapa yang
kehidupannya merugi karena aku, maka sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan:
"Pemikiran orang-orang Yahudi tentang al-Masih adalah, ketika al-Masih
datang, maka semua pengikutnya akan merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini
lalu ia hanya memberi mereka ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang,
ia menjelaskan kepada para muridnya bahwa hal tersebut tidak benar, karena jika
ia datang untuk memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan
terancam kelaliman dan mereka akan mati karena tajamnya pedang. Maka hendaklah
mereka tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak
mengharapkan keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi
terbagi menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang
lemah dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok
mayoritas menentang Isa. Bahkan kelompok mayoritas kafir itu sering menyakiti
Isa.
Injil Mata menceritakan
penderitaan al-Masih pada pasal ke-11. Ia menceritakan bagaimana kemarahan
al-Masih terhadap orang-orang yang tidak mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan
baik atau mengabdi kepadanya secara pribadi dengan baik. Injil Mata menguntip
pernyataan Isa sebagai berikut: "Dengan apa aku menyerupakan generasi ini,
Sesungguhnya mereka menyerupai anak-anak kecil yang duduk di pasar yang
berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata: "Kami telah
meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian
tidak menangis." Yuhana telah datang dan tidak makan dan minum tetapi
mereka mengatakan, sesungguhnya ia terkena setan. lalu datanglah seorang anak
manusia yang makan dan minurn lalu mereka mengatakan, ia adalah seorang yang
ahli makan dan ahli minum khamer."
Dokumen itu menunjukkan
penderitaan al-Masih dan menyingkap peperangan yang akan dihadapinya.
Penderitaan yang dialami oleh hati suci al-Masih adalah sebagai tindakan
generasi tersebut di mana beliau diutus di dalamnya sebagai orang yang memberi
petunjuk dan menyampaikan berita gembira tentang kerajaan langit. Beliau
menyerupakan generasi Yahudi itu dengan anak-anak kecil yang duduk-duduk di
pasar sambil berteriak-teriak memanggil teman-teman mereka sambil berkata:
"kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak menari. Kami berbelas
kasih kepada kalian tetapi kalian tidak menangis." Al-Masih mengisyaratkan
dengan pernyataan itu tentang apa yang diperbuat anak-anak kecil saat mereka
bermain-main, di mana biasanya mereka meniru orang-orang yang besar saat mereka
bergembira dengan menari-nari dan saat mereka sedih mereka menangis.
Demikianlah mereka sangat cepat berubah antara bergembira dan sedih tanpa
melalui pertimbangan dan kesadaran. Demikianlah keadaaan orang-orang Yahudi
saat mereka mengabdi kepada Yahya, kemudian saat mereka mengabdi kepada
al-Masih. Yahya telah datang kepada mereka dalam keadaan menangis, tidak makan
dan tidak minum dari apa yang mereka makan dan yang mereka minum. Ia tidak
bergaul dengan sembarangan manusia. Telah datang kepada mereka seorang nabi
yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka menolaknya dan mereka mengatakan
bahwa ia terkena setan. Kemudian datang kepada mereka al-Masih di mana ia makan
dan minum bersama pada acara walimah dan hari raya lalu mereka pun menolaknya
dan mengatakan bahwa ia suka makan dan minum khamer padahal beliau adalah
cermin terbesar dalam menghilangkan syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah
generasi yang main-main Iayaknya anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang dapat
mempengaruhi mereka dan mereka tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di sana
terdapat kelompok kecil dari manusia yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen
tersebut menunjukkan betapa beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi
yang sezaman dengannya. Isa mengalami banyak penderitaan dalam menyampaikan
dakwahnya. Isa banyak menderita di tengah-tengah kaum yang pikiran mereka belum
matang. Mereka tak ubahnya seperti anak-anak kecil yang suka bermain-main. Kaum
yang tak tergugah oleh kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak atau
tersentuh ketika menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa
dengan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata yang
diberikan Allah SWT kepada nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram dan
agar menambah keyakinan orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan bagi
orang-orang kafir mukjizat tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga
Allah SWT memberikan pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut. Mukjizat
yang Allah SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah SWT
mengabulkan doa Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit. Allah SWT
berfirman:
"(Ingatlah), ketika
pengikut-pengikut Isa berkata: 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu
menurunkan hidangan dari langit kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada
Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin
memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang
menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah
kiranya kepada hami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan
menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami
dan Engkaulah Pemberi rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya
Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu
sesudah (turun hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan
siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat
manusia.'" (QS. al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terheran-heran
ketika memperhatikan perkataan Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah
Tuhanmu mampu?" Mungkin pertama-tama yang terlintas dalam pikiran kita
berkenaan dalam ayat tersebut adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau
kekuasaan Allah SWT. Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka
adalah murid-murid Isa yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT?
Berkaitan dengan tafsir ayat tersebut, para ulama berbeda pendapat. Sebagian
ulama mengatakan, bahwa pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni,
berarti apakah Tuhanmu bisa? Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan
perkataan Hawariyin itu dengan mengatakan bahwa pertanyaan itu dilontarkan saat
mereka baru saja mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT.
Oleh karena itu, Isa berkata dalam jawabannya terhadap pertanyaan mereka,
bertakwalah kepada Allah SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni,
janganlah kalian meragukan kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini.
Hawariyin adalah para penolong Allah SWT, sesuai dengan nas Al-Qur'an dan tentu
tidak boleh bagi penolong Allah SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya,
apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebagian ulama mengatakan bahwa perkataan
tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama Hawariyin yang berasal dari Bani Israil
dan tidak seorang pun dari Hawariyin yang mengatakan demikian kecuali mereka
hanya sekedar menukil perkataan tersebut. Ada pendapat lain lagi yang
mengatakan bahwa ayat tersebut tidak dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi
dibaca 'hal tastathi' rabbaka' sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca
oleh Nabi. Maknanya, "apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu
terhadap apa yang engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia
dibaca 'hal tastathi' rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa
kepada Tuhanmu atau meminta-Nya."
Sebagian kaum sufi berpendapat
bahwa kaum Hawariyin bukan tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi
pertanyaan itu justru bersumber dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan
menyaksikan kekuasaan Allah SWT. Sikap mereka ini menyerupai dengan perbedaan
tingkatan sikap Nabi Ibrahim as ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman:
'Apakah kamu belum percaya?' Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar
bertambah mantap hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh karena itu, kaum Hawariyin
berkata: "Dan hati kami menjadi mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim
berkata: "Agar bertambah mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat
kita puas dan membuat hati kita tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka:
'Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni,
hati-hatilah kalian dengan banyak bertanya dan menguji Allah SWT karena kalian
tidak mengetahui apa yang boleh kalian minta untuk didatangkan bukti-bukti
kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi Isa, jika kalian benar-benar beriman
terfokus kepada apa yang dibawanya yang berupa mukjizat-mukjizat atau
tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya
apa yang telah aku bawa dari mukjizat-mukjizat bagi kalian seharusnya sudah
cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka berkata: 'Kami ingin memakan
hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu
telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan
hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada
Isa sebab pertanyaan mereka ketika beliau melarangnya. Jika Nabi Isa keluar,
maka beliau diikuti lima ribu orang atau lebih. Sebagian mereka dari kalangan
Hawariyin dan sebagian yang lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya.
Dikatakan bahwa mereka berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para
pengikut berkata kepada kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia
mampu berdoa kepada Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan dari
langit." Kemudian kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu
kepada Isa. Ketika Isa meminta mereka untuk merasa cukup dengan
mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka kembali melontarkan kebenaran permintaan
mereka: 'Kami ingin memakan hidangan itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar
sementara mereka tidak mempunyai makanan. Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi
tenang seperti tenangnya hati Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa hatinya
tenang dan mengakui bahwa Isa adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan hati
musuh juga menjadi tenang karena mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga
pilihan mereka untuk tidak mengikuti Isa berakibat pada suatu saat mereka akan
dimintai pertanggung jawaban.
"Dan supaya kami yakin bahwa
kamu telah berkata benar kepada kami. Yakni kami mengetahui bahwa engkau utusan
Allah. Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami
menyaksikan keesaan Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang
tidak menyahsikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang
terjadi."
Isa putra Maryam berdoa: 'Ya
Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang
hari turimnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang
bersama kavii dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi
kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pembeti rezeki Yang Paling
Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya
kepada Isa bin Maram agar diturunkan makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri
dan meletakkan pakaian dari kulit wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan
meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan
kepalanya dalam keadaan khusuk dan tunduk kepada Allab SWT. Kemudian beliau
membuka matanya dan menangis sehingga air matanya membasahi jenggotnya bahkan
mencapai dadanya dan berkata: 'Ya Tuhan kami, turunhanlah kiranya kepada kami
suatu hidangan dari langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari
celah dua awan: satu awan di atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu manusia
melihatnya. Nabi Isa berkata, "Ya Allah jadikanlah makanan ini sebagai
rahmat dan jangan menjadi fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu
tangan yang menutupinya kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang
diikuti oleh kaum Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum
pernah mereka temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah
di antara kalian yang paling ikhlas dan paling percaya kepada Allah SWT agar ia
membuka makanan itu sehingga kita bisa makan darinya serta berzikir kepada
Allah SWT atasnya serta bersyukur kepadanya." Kaum Hawariyin berkata:
"Wahai Ruhullah sesungguhnya engkau lebih berhak daripada kami dalam hal
itu.", maka Nabi Isa berdiri lalu beliau mengambil wudhu dan salat.
Kemudian beliau banyak berdoa sambil duduk di sisi makanan itu dan membukanya.
Tiba-tiba di atas makanan itu terdapat ikan yang lezat yang tidak ada durinya.
Nabi Isa ditanya: "Wahai Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari
surga?" Nabi Isa menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian
untuk bertanya pertanyaan semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada
makanan sepertinya di dunia dan ia bukan berasal dari surga tetapi ia adalah
sesuatu yang Allah SWT ciptakan dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia
cukup mengatakan "jadilah, maka jadilah."
Para mufasir berbeda pendapat
sekitar bentuk makanan yang diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan atau daging?
Apakah roti atau buah-buahan? Kami memandang bahwa pembahasan-pembahasan ini
kurang penting. Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan adalah
apa yang dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT
dengan kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan "Jadilah,
maka jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut.
Ia merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT
mengancam bagi siapa yang menentangnya Dia akan menyiksanya dengan azab yang
belum pernah diterima oleh seseorang pun di dunia. Para ulama berbeda pendapat
apakah makanan tersebut memang diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat
mayoritas dan ini yang benar makanan tersebut memang diturunkan, sesuai dengan
firman Allah SWT: "Aku akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahwa ribuan pengikut
Nabi Isa memakannya dan makanan tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia
sembuh dari butanya dan setiap orang yang belang ia sembuh dari belangnya
akibat memakan hidangan itu. Alhasil, setelah menyantap makananitu, orang yang
sakit sembuh dari penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya
dari hari raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian
berita dan peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan
sehingga kita tidak menemukan beritanya hari ini di Injil-Injil yang mereka
akui. Setelah peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah,
Allah SWT menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah
SWT berkata setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan
dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:
'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha
Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui
perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada rnereka kecuali apa yang
Engkau tiepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan
Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara
mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa
mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-selamanya; Allah ridha
terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang
paling besar.' Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di
dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut,
Al-Qur'an menutup surah al-Maidah. Demikianlah konteks Al-Qur'an berpindah
secara mengejutkan dari turannya makanan kepada sikap atau dialog antara Allah
SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat. Allah SWT bertanya pada hari kiamat:
'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku
dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahwa
pertanyaan tersebut bukan bersifat pertanyaan mumi meskipun tampak dalam bentuk
pertanyaan karena Allah SWT mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang
dimaksud dengan pertanyaan itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan
bahwa Allah SWT bermaksud memberitahu Isa bahwa kaumnya telah mengubah
ajarannya sepeninggalnya. Dan mereka telah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang
mengatakan bahwa Allah SWT bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela
orang-orang yang mengubah akidah Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira
pertanyaan tersebut memuat dua makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan
memberitahu manusia dalam Kitab-Nya yang terakhir bahwa Nabi Isa terlepas dari
berbagai macam tuduhan, dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalnya.
Konteks AI-Qur'an menunjukkan tentang peristiwa gaib yang belum terjadi
meskipun akan terjadi pada hari kiamat. Oleh karena itu, Al-Qur'an
menyampaikannya dalam bentuk fi'il madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Qur'an
menyampaikan berita gaib ini kepada penduduk dunia agar mereka mengetahui
hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan
Isa bin Maryam menjawab. Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah
ia mengatakan: 'Maha Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai
dengan tasbih dan menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan
ketundukan kepada kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap azab-Nya.
Qurthubi menyampaikan dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata
kepada Isa, apakah engkau berkata kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku tuhan
selain Allah, maka Isa tampak gemetar terhadap perkataan itu sehingga ia
mendengar rintihan dari tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia berkata:
'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Tidak mungkin aku memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki,
yang diriku tidak dapat melakukannya. Aku hanya seorang hamba, bukan seorang
yang disembah: Jika aku pernah mengatakannya maha tentulah Enghau telah
mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan
jawabannya kepada Allah SWT dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan
Allah SWT Maha Mengetahui terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Yakni, Engkau mengetahui apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak
mengetahui apa yang engkau sembunyikan. Engkau mengetahui rahasiaku dan apa
yang terlintas dalam hatiku dan aku tidak mengetahui apa yang Engkau
sembunyikan dari ilmu gaib-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap hal-hal yang gaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku
dari bumi: 'Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau
kepadaku (mengatakan)nya yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang
disampaikan oleh Isa bin Maryam. Dia hanya mengajak manusia untuk hanya
menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi
mereka saat aku tinggal di tengah-tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan
yang benar. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka.
Al-Wafat dalam Kitab Allah mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam
pengertian kematian, sebagaimana firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang)
ketika matinya." (QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal.
Kedua, bahwa wafat adalah tidur, sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan
kamu di malam hari. " (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian.
Ketiga, wafat berarti pengangkatan, sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku
yang menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku.
" (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa
yang mereka katakan dan apa yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan
bahwa dakwahnya tidak lebih dari sekadar ajakan untuk bertahuid dan tidak
keluar dari kerangka Islam yang diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali
menyampaikan pembicaraannya dan meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika
Engkau rnenyiksa mereka, makasesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak
seorang pun dari makhluk yang mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada
Pencipta selain-Mu. Maha Suci Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan
dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak
memiliki apa-apa di hadapan tuannya kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau
mengampuni mereka, maka Engkau Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawaban
Isa terfokus pada penyerahan diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan
Allah SWT dan kebesaran-Nya. Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah
SWT yang patuh. Jika Allah SWT berkehendak, maka Dia akan menyiksa mereka
sesuai dengan siksaan yang layak mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka
Dia akan mengampuni mereka karena Dia mengetahui karena mereka memang layak
untuk mendapatkan ampunan. Dengan penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan
jawaban atas pertanyaan Allah SWT dan beliau berlepas diri dari apa yang
dikatakan oleh kaumnya sepeninggalnya. Isa menyampaikan—pada awal
pembicaraannya—bahwa hanya Allah SWT yang patut disembah, dan pada akhir
pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya kepada Allah SWT. Allah
berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar
kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa,
dan karena dialog tersebut terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman:
"Hari ini adalah hari kiamat di mana orang-orang yang benar akan dapat
mengambil manfaat dari kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan
mereka temukan balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka surga
yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-selamanya; Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang
yang benar, surga. Dan ada balasan yang lebih baik dari surga, yaitu kepuasan
(ridha) seorang hamba terhadap Allah SWT dan keridhaan Allah SWT terhadap
hamba. Pengertian kepuasaan seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap
penyembahan kepada Allah SWT sedangkan pengertian keridhaan Allah SWT terhadap
hamba-Nya adalah rahmat yang diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan
yang paling besar.' Setelah itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan
seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa
yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT
adalah Penguasa satu-satunya dan Dia Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah
hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya
sehingga kejahatan dan keburukan mengetahui bahwa singgasana mereka terancam
hancur. Lalu pasukan keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi
menyakitinya dan menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan
sebagai penyihir dan sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan
kekuatannya yang luar biasa kepada kekuatan setan. Ketika mereka tidak lagi
memiliki tipu daya yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat
orang-orang yang lemah dan orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka
mereka mulai membikin suatu, makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi
tidak turut campur karena menganggap bahwa perselisihan-perselisihan antara
orang-orang Yahudi adalah perselisihan yang terjadi demi memperebutkan
kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah majelis Sanhadurim (yaitu majelis
undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi). Mereka berkumpul untuk membuat
persekongkolan demi menyingkirkan Isa. Persekongkolan itu mengambil bentuk yang
baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak
mampu memerangi Nabi Isa, mereka berpikir untuk membunuhnya. Mulailah para
ketua pendeta Yahudi bermusyawarah untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara
yang mereka lakukan untuk menangkap Nabi Isa yang tidak menirnbulkan kegaduhan
di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi
bermusyarah, maka salah seorang dari murid al-Masih yang dua belas pergi kepada
mereka, yaitu Yahuda al-Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang
kalian berikan jika aku berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja penghianatan telah
digelar di antara mereka dan dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi
berusaha mencari titik temu dan mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh
lempeng dari perak. Ini adalah harga yang biasa mereka lakukan untuk membeli
seorang budak sesuai dengan syariat Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang
menetapkan untuk menangkap al-Masih dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahwa
kepala pendeta Yahudi merobek-robek bajunya secara dramatis di suatu pertemuan
agama dan ia berteriak, "sungguh Isa telah kafir." Pero bekan baju
dalam tradisi orang-orang Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat
sesuatu yang mengandung penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak
memiliki kekuasaan untuk menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu
dilakukan oleh kekuasaan penguasa Romawai. Tetapi tampaknya mereka berhasil
meyakinkan kekuasaan Romawi bahwa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan
kekuasaan Romawi atau mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahwa masalah
yang mereka hadapi murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka.
Kemudian mereka menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang
mereka tetapkan. Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah
diputuskan bahwa Isa harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh
kalangan Masehi saat ini membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di mana
beliau disalib kemudian beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke langit.
Semua Injil ini sepakat tentang proses pengyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana
mereka sepakat tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur
dengan tabiatnya sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan orang-orang
Masehi berkaitan dengan Isa sebagaimana diyakini oleh mayoritas kaum Nasrani
saat ini, kemudian kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa
sebagaimana diceritakan oleh Al-Qur'an al-Karim dan disampaikan oleh para ulama
dan disebutkan dalam hadis. Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang
perlu dibicarakan berkaitan hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta
kaitannya dengan akidah mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa
ditangkap dan majelis Sanhadirum memutuskan bahwa ia harus dibunuh. Kemudian
para anggota mejelis itu dari kepala-kepala para pendeta dan para tokoh mereka
menghinanya dan mengejeknya serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka
meludahi wajahnya dan menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata,
"beritahukanlah wahai al-Masih siapa yang memukulrnu." Setelah itu
al-Masih ditangkap dan ia ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di
kalangan orang-orang Romawi untuk mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh
sebelum pelaksaan hukum tersebut. Oleh karena itu, para penguasa Romawi
menetapkan agar al-Masih dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat Musa
menetapkan agar cambukan itu tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang
Romawi tidak berhenti pada batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban
dengan cambukan yang kejam dan terus-menerus sehingga punggung yang
bersangkutan hampir saja patah dan napasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah
itu, mereka mulai melaksanakan hukum bunuh kepadanya. Demikianlah yang
dilakukan oleh tentara terhadap penyelamat kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan,
lalu penguasa Romawi menyerahkan Isa kepada tentara agar mereka menyalibnya.
Kemudian para tentara membuat sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur.
Mereka mencabut pakaian Isa yang dilumuri dengan darah yang ada luka di
tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu mereka memakaikan pakaian merah dengan
maksud untuk mengejeknya. Para raja biasanya memakai pakaian merah. Mereka
terus menghinanya. Mereka memakaikannya mahkota dari duri dan meletakkannya di
atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada
suatu tempat yang bernama Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim.
Tradisi Yahudi menetapkan untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan
minyak wangi bagi orang yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan
hukum. Ini dimaksudkan sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya.
Tetapi para tentara menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu
gelas dari cuka yang bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan
(cetakan tahun 1972) pada pasal kedua puluh tujuh: "Sehingga mereka sampai
ke suatu tempat yang bernama Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman keras
yang bercampur dengan empedu agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia
enggan untuk meminumnya. Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana
menjaganya dan meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini
adalah Yasu', penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim.
Salah seorang dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah
kirinya. Lalu orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata,
"wahai yang menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada tiga
hari, selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah
dari tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebagian riwayat kaum
Masehi tentang proses penyalipan serta penafsiran mereka berkaitan dengannya.
Kami telah menukilnya tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam
Injil Mata yang terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam
bentuknya yang terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi
sehingga ia lebih mudah untuk dipahami dan lebih sederhana. Kami telah
mengemukakan sebagiannya kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam
disebutkan suatu riwayat yang berbeda dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil
yang terdapat sekarang, baik yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang
dialami oleh Isa maupun tabiat Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah
pengangkatannya. Al-Qur'an al-Karim menceritakan bahwa Allah SWT tidak
menghendaki Bani Israil untuk membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT
menyelamatkannya dari kekufuran mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka
tidak berhasil membunuhnya dan tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan
seperti orang-orang di antara mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan karena ucapan mereka:
'Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,'
padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka
bunuh ialah arang yang diserupakan dengan Isa bagi meeha. Sesungguhnya
orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam
keraguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidah mempunyai keyakinan tentang
siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula
yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah
telah mengangkat Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berflrman:
"(Ingatlah), ketika Allah
berfirman: 'Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan karnu pada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat
atas hal itu dan mereka berselisih pendapat tentang cara beragumentasi terhadap
apa yang mereka yakini sebagai kebenaran. Sebagian mereka meyakini nas-nas
Al-Qur'an saja yang menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya
atau memperkuatnya dengan kitab-kitab lain selain Al-Qur'an. Kedua metode
tersebut memiliki titik kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan
pendapat yang pertama mengatakan bahwa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab
pegangan kaum Yahudi dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita
agama kita dan hanya Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di
antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang
berpegangan dengan cara yang kedua mengatakan bahwa larangan Nabi tersebut
terjadi pada permulaan masa Islam di mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah.
Nabi memerintahkan mereka agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain
kitab mereka, yakni Al-Qur'an. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka
memiliki akidah yang kuat dan keyakinan mereka benar-benar tertanam dalam diri
mereka, Tetapi ilmu dan pandangan ilmiah menetapkan bahwa seorang yang alim
harus banyak menggali kitab-kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan
jika ia mendapati sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan
kebenaran, maka hatinya akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan
kelompok yang pertama yang merasa cukup dengan Al-Qur'an, kita tidak menemukan
perincian-perincian yang mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa,
bagaimana proses pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan
salah seorang di antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang
di antara mereka. Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di
antara mereka sedangkan Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan
singkat mereka, tidak ada penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua,
mereka melontarkan kisah secara lengkap. Mereka mengatakan bahwa Allah SWT
menyerupakan Isa dengan Yahuda. Yahuda ini adalah Yahuda al-Askhariyutha yang
menurut Injil ia menjualnya kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka
tentang keberadaannya. Ia adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini
sesuai dengan Injil Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para
tentara mendekat bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu'
mendengar kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh karena itu,
ia segera pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat
sebelas orang yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya,
maka Dia merintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail)
yang mereka semua adalah para utusan-Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu
datanglah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu
yang dekat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannyadi langit
yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah
selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu'
diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah
mendatangkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya
dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya
Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si
guru berada. Oleh karena itu, kami merasa heran dan kami menjawab,
"bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah
melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas.
Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putra Maryam itu hanyalah
seorang rasul yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan
ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan."
(QS. al-Maidah: 75)
Para ulama berkata,
"Al-Masih dinamakan al-Masih karena ia mengusap bumi dan membersihkannya
serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari fitnah di zaman itu karena saking
hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi kepadanya dan bagaimana usaha mereka
untuk menciptakan dusta padanya dan kepada ibunya as." Banyak ulama yang
meriwayatkan tentang kesucian spiritual dari Nabi Isa. Abu Hurairah
meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau menceritakan tentang al-Masih sebagai
berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri lalu ia berkata:
"Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu berkata: "Tidak,
demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata: "Aku beriman kepada Allah
SWT dan pengelihatanku telah berbohong." Ini menunjukkan kesucian ruhani
Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas apa yang disaksikannya. Ia
membayangkan bahwa orang tersebut tidak akan bersumpah dan membawa nama Allah
SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga ia menerima pernyataannya dan ia
kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata: "Aku beriman kepada Allah
SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah berbohong karena engkau telah
bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan bahwa suatu hari Nabi Isa
berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati bangkai anjing yang busuk
baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan sangat menderita dengan
bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata: "Lihatlah betapa putih
giginya."
Isa ingin mengajari manusia
bagaimana mereka menghadapi keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar mereka
lebih melihat kepada keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Nabi Isa merupakan
puncak dari ketinggian ruhani dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau
lebih menekankan kebaikan daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua
para nabi adalah saudara, agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari
berbagai macam ibu dan aku adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam
di mana tidak ada nabi setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat
disebutkan bahwa Nabi Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan
penghormatan kepada Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi
ulul azmi yang besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah
diberikan kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah
kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah hamu mengatakan terhadap
Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih Isa putra Maryam itu adalah
utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada
Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan
rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah
dari ucapan itu. (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha
Esa, Maha Suci dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah
kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali
tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat
malaikat yang terdekat (kepada Alah). Barangsiapa yang enggan dari
menyernbah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka
semua kepadanya. Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka
Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari
karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah
akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan
memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. "
(QS. an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam
Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa
diangkat ke langit. Sebagian mereka mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba
Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus). Sebagian lagi mengatakan, dia adalah Allah.
Yang lain lagi mengatakan, dia adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat
tentang Injil yang menyebutkan berbagai kebo hongan di mana terdapat di
dalamnya penambahan, pengurangan, dan pergantian. Al-Qur'an al-Karim telah
membahas persoalan ketuhanan. Ia menjelaskan bahwa Allah SWT Maha Suci dari
segala sekutu dan anak dan segala hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk
ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan pencapaian pandangan mata. Allah SWT
berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah
Allah, YangMahaEsa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah
berfirman: "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah
seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah ia." (QS.
Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir)
berkata: Allah mempunyai anah.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit
dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta
langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah)
Dia mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalujadilah ia." (QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata:
'Uzair itu putra Allah' dan orang-orang Nasrani berhata: Al-Masih itu putra
Allah.' Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru
perkataan orang-orang kafir terdahulu. Mereka dilaknat oleh Allah; bagaimana
mereka sampai berpaling?" (QS. at-Taubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan
akidah orang-orang Mesir dan orang-orang seperti mereka dari umat-umat yang
terdahulu di mana akidah mereka terfokus pada keyakinan penyaliban Isa, tentang
tebusan dan kebangkitan Tuhan yang disembelih serta penentangannya terhadap
para pengikutnya setelah kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafirlah
orang-orang yang berkata: 'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putra Maryam.'
Katakanlah: 'Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendah
Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih putra Maryam itu beserta ibunya
dan seluruh orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah
kerajaan langit dan bumi dan apayang ada di antara keduanya; Dia menciptakan
apa yang dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang mengatakan: Allah salah seorang dari yang tiga,' padahal
sekali-kali tidak ada selain dari Tuhan YangEsa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Qur'an al-Karim
menyebutkan sikap berbagai aliran yang saling berlawanan yang tumbuh setelah
pengangkatan al-Masih. Al-Qur'an menjelaskan bahwa al-Masih adalah hamba Allah
SWT dan seorang rasul yang diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul
adalah kata yang sangat jelas artinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah
dan ar-Ruh, maka kedua kata tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami
bahwa al-Kalimah adalah petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam
sedangkan ar-Ruh adalah menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Ruh Kudus, yaitu
Jibril as. Allah SWT telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan ruh
yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketiha Aku
dukung kamu dengan Ruhul Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan
kaum Masehi tentang karakter Nabi Isa dan akhir dari kehidupannya dan setelah
menjelaskan kebenaran yang Allah SWT ceritakan kepada kita tentang karakter
tersebut dan akhir dari kehidupan yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin
mengetahui apa yang harus dilakukan oleh kaum Muslim dalam hubungan mereka
dengan orang-orang Masehi serta keyakinan mereka. Islam menetapkan atau
menyampaikan nas-nas yang jelas yang mengkhususkan agama Masehi—di antara
agama-agama yang lain—dengan kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan
al-Masih; ia juga mengingkari penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya.
Namun Al-Qur'an menegaskan dalam nasnya bahwa agama Nasrani merupakan agama
yang lebih dekat kecintaannya kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman
ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang
yang berkata: 'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu
disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri." (QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut
al-Masih yang berjalan di atas petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati
orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyah (keadaan tidak menikah dan mengurung diri di biara)
padahal kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang
mengada-adakannya untuk mencarai keridhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari
dua sikap tersebut. Pengingkaran Al-Qur'an terhadap ketuhanan al-Masih dan
pengakuannya terhadap kecintaan kaum Nasrani serta pujiannya terhadap
orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung makna lebih dari satu: Pertama,
bahwa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan sangat sulit bagi para pengikutnya
untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah SWT yang mengakui hakikat apa yang
terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan orang-orang Nasrani terdapat para
pendeta dan para rahib yang tidak bersikap congkak di hadapan Allah SWT tetapi
mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya; ketiga, sebagian pengikut Nabi Isa
memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan
kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali dari keimanan terhadap hari akhir.
Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya kepada kaum Muslim agar mereka
memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang mulia dan baik, sebagaimana
Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan pada setiap manusia. Allah
SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu
menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya?" (QS. Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk
(memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang salah." (QS. al-Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli
kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidah kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling, maka katakanlah kepada mereka: 'Saksikanlah, bahwa kami adalah
orang-orang yang menyerahkan diri (kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahwa ayat-ayat
tersebut berbicara tentang cara memperlakukan kaum Masehi sebagai individu
sebagaimana ia berbicara tentang bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka.
Sehubungan dengan kaum Masehi sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat
tersebut memerintahkan untuk membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana
nas tersebut dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih dekat kecintaannya
kepada orang-orang yang beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut,
maka orang-orang Muslim harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan
oleh kaum Nasrani. Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam
Al-Qur'an terdapat banyak ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk
apa pun. Allah SWT berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran
itu datang dari Tuhanmu. Maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia
beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS.
al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, karena
keimanan yang didahului dengan paksaan adalah bukan keimanan karena ia berarti
mencabut ikhtiar atau kebebasan manusia, padahal itu adalah syarat dari
keimanan. Dan barangkali inilah yang menunjukkan kesempumaan Islam dilihat dari
sikapnya yang demikian indah. Kami kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran
kita kepada ayat-ayat tersebut dan memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan
kebodohan bahwa Islam dengan sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya
dari kalangan awam dari perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar
keyakinan orang lain. Tentu perdebatan tersebut tidak akan berujung dan akan
menjadi seperti debat kusir saja. Namun tugas tersebut hanya diemban oleh para
ulama, di mana mereka membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai
keyakinan-keyakinan keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi
tanggung jawab dalam hal itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan
aliran-aliran di kalangan Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan
orang-orang awam, maka itu hanya memboroskan waktu dan hanya membuat lelah
saja.
Islam akan kembali menjadi asing
dan akan kembali menjadi asing seperti pertama kali terbit. Dalam suasana
keasingan Islam yang pertama, orang-orang Muslim berhasil membangun suatu
individu Muslim yang kokoh. Dan ketika bangunan tersebut telah selesai, maka
sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita tidak mendengar bahwa salah
seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan yang sengit yang tidak
berujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya memberi petunjuk kepada
orang lain sehingga orang tersebut engetahui jalan menuju Allah SWT adalah
perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului dengan tekad seseorang
untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri. Seandainya orang-orang Islam
membimbing mereka menuju jalan Allah SWT niscaya Allah SWT memberi petunjuk
melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari hamba-hamba-Nya.
Al-Qur'an menetapkan dua mukjizat
kepada Nabi Isa yang tidak disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang
berupa pembicaraannya saat ia masih menyusui dibuaian. Dan yang kedua mukjizat
makanan yang turun dari langit kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Qur'an
menetapkan kemuliaan yang diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari
tangan-tangan jahat orang-orang Yahudi yang ingin menyiksanya atau membunuhnya
sehingga Nabi Isa terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw
mewasiatkan kepada sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi
dengan penuh kebaikan, bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir
meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf
yang bernama al-Hasin mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia
masuk Islam dan bertanya kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus
memaksa kedua anaknya untuk memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama
lain selain agama Masehi? Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam
memeluk agama (Islam)." (QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari
kalangan kaum Masehi datang ke Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka beliau
memberi mereka setengah dari mesjidnya agar mereka dapat melaksanakan salat
dengan cara mereka di dalamnya. Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk
melakukan salat kepada seseorang jenazah lalu dikatakan kepadanya bahwa ia
adalah jenazah Yahudi. Kemudian Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah
manusia." Dalam kesempatan lain Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa
yang mengganggu secara aniaya seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku
akan jadi musuhnya pada hari kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng
meskipun disertai dengan kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai
dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih
pendapat berkaitan dengan keadaan Nabi Isa setelah pengangkatannya. Mereka
sepakat bahwa beliau tidak disalib tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya.
Tetapi ketika ia tidak disalib, maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah
ia masih hidup, ataukah ia mati seperti matinya nabi yang lain? Mayoritas
mengatakan bahwa Allah SWT mengangkat Isa dengan fisiknya dan ruhnya di
sisi-Nya. Mereka mengambil zahir dari firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya
di sisi-Nya." (QS. an-Nisa': 158)
Juga sebagian hadis yang
mendukung hal tersebut. Sementara itu, kelompok yang lain dari kalangan
mufasirin, dan ini adalah kelompok yang minoritas, mereka mengatakan bahwa Nabi
Isa hidup sehingga Allah SWT mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya
lalu Dia mengangkat ruhnya di sisi-Nya sebagaimana ruh para nabi diangkat,
begitu juga ruh para shidiqin (orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka
mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah
berfirman: 'Hai ha, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang
kafir." (QS. Ali 'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih
pendapat yang pertama karena ia sangat sesuai—sebagai mukjizat yang luar
biasa—dengan kelahiran Isa di mana kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat
yang luar biasa, juga sesuai dengan kehidupannya dan kesuciannya. Jadi,
kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar